Setiap orang tentunya ingin hidup sehat dan normal. Keinginan itu juga dimiliki oleh seorang wanita muda yang berjuang melawan penyakitnya. Nama wanita muda itu Eliyatul Ihlas, berusia 17 tahun. Eliyatul Ihlas adalah anak kedua dari empat bersaudara. Ia mengalami penyakit langka sejak usia 4-5 bulan, ditandai adanya kebiruan di lidah dan tangan yang berbentuk seperti cacing, kemudian menjadi benjolan. Benjolan itu bermula di bagian lidah yang kemudian menyebar ke seluruh bagian tubuhnya di sebelah kiri. Benjolan itu berkembang terus-menerus sehingga membuat Eliya merasakan sakit saat akan tumbuh benjolan baru.
Sampai usia Eliya 9 tahun, keluarga belum bisa membawa Eliya ke rumah sakit karena keadaan ekonomi tidak mampu. Suatu hari sepulang dari sekolah ia terjatuh saat bermain yang membuatnya koma. Eliya dibawa ke RSUD, pihak rumah sakit tidak bisa menangani Eliya kemudian di rujuk ke RSCM. Eliya langsung mendapatkan perawatan selama 5 bulan. Eliyatul Ihlas terpaksa berhenti dari sekolah karena harus menjalani pengobatannya di RSCM yang cukup panjang. Eliya di diagnosis mengalami kelainan pembuluh darah. Saat itu Eliya menjalani proses khemoterapi selama 2 bulan, tidak ada perubahan akhirnya ia dioperasi.
Eliya telah menjalani 4 kali operasi. Saat proses operasi selalu terjadi pendarahan sehingga menghambat operasi tersebut, kondisi yang demikian tidak membuat Eliya menyerah. Sebaliknya membuat ia tetap semangat dalam hidup untuk melawan penyakitnya. Bahkan tetap bersemangat untuk melanjutkan sekolahnya melalui kejar paket.
Eliyatul Ihlas belum selesai dengan persoalan hidupnya, ia dihadapkan pada persoalan baru. Pada tahun 2018, ayahnya mengalami sakit kanker pankreas dan harus dirawat di rumah sakit, sehingga tidak bisa mencari nafkah untuk keluarganya, yang sebelumnya bekerja sebagai seorang nelayan. Ayah Eliya sudah menjalani operasi pengangkatan kantong empedu.
Eliya tinggal dengan ibu dan tiga saudaranya. Keluarga Eliya masih sangat sulit perekonomiannya, sejak ayahnya sudah tidak bekerja lagi. Salah satu usaha untuk memenuhi kebutuhan hidup keluarganya ibu Eliya berjualan es lilin keliling. Hasil dari berjualan es lilin itu tidak mencukupi kebutuhan hidup keluarga sehingga dengan terpaksa ibunya mencari pinjaman kemana-mana. Beban hidup yang dirasakan Eliya sebagai seorang pasien yang masih harus menjalani terapi dan pengobatan bersama dengan ayahnya yang juga sebagai pasien dirasakan semakin berat. Keadaan yang sedang dialami keluarga ini tidak membuat ibu Eliya tidak pernah putus asa dalam merawat keluarganya dengan penuh kasih setia. Semangat dan kegigihan yang dimiliki oleh Eliya sendiri menjadikan penyemangat juga bagi keluarga dalam menghadapi pencobaan hidup dan tantangan bagi ibunya hingga membuat kitapun semakin sadar bahwa selama kita mau berusaha, Tuhan akan memberikan jalan untuk memenuhi kebutuhan hidup, antara lain melalui support dari LDD KAJ yang berupa sembako dan kadang makanan siap saji (tergantung dari progam yang ada di LDD KAJ) selama berada di rumah singgah RSCM. Semoga lekas sembuh.