Pandemi Covid-19 mulai melanda Indonesia 3 Maret 2020. Presiden Joko Widodo mengumumkan hal ini setelah dua warga Depok Jawa Barat terpapar virus Covid-19. Sejak saat itu, jumlah orang terpapar terus bertambah & mennembus angka 1 juta di awal 2021. Pembatasan pergerakan penduduk menjadi satu cara menghambat pertumbuhan pasien terpapar. Juga, upaya vaksinasi. 180 juta penduduk Indonesia menjadi target vaksinasi Covid-19. Faskes/PUSKESMAS menjadi sentra vaksinasi di seluruh negeri. Namun, jika hanya menggunakan fasilitas kesehatan milik pemerintah, target 180 juta penduduk tervaksinasi di 2021, kemungkinan besar target tersebut sulit tercapai. Pemerintah RI mengajak masyarakat terlibat, untuk menjadi sentra vaksinasi, membantu pemerintah mencapai target di atas.
Oleh sebab itu, dengan jumlah vaksin yang terbatas serta ketergantungan pada negara yang memproduksi vaksin, pemerintah kita menyusun prioritas penerima vaksin. Salah satunya adalah kelompok rentan terpapar. Salah satu elemen kelompok masyarakat rentan ini adalah kelompok penyandang disabilitas. Sewajarnya, penyandang disabilitas bisa menjadi target pemberian vaksin Covid-19, sama seperti kelompok rentan lanjut usia atau lansia, namun ini tak terjadi. Mengapa penyandang disabilitas rentan? Sebab keterbatasan fisik, intelektual dan atau mental, serta keterbatasan sensori penglihatan/pendengaran/wicara membuat kelompok ini lambat menerima informasi, ataupun, menerima namun terdistorsi dengan berbagai sebab. Disamping itu, aksesibilitas yang disediakan faskes bagi target vaksin disabilitas menjadi tantangan khusus.
Menyambut ajakan Presiden Joko Widodo, LDD KAJ mencoba upaya mulia, menjadi perintis, bekerja sama dengan Serviam Center dan kelompok Nahdatul Ulama, mengadakan sentra vaksinasi bagi lansia dan penyandang disabilitas. Kegiatan ini bertempat di Aula SMP St. Ursula, Jakarta Pusat. Di Sentra Vaksinasi Serviam, ditargetkan sekitar 100 orang lansia dan penyandang disabilitas menerima vaksin setiap harinya. Kegiatan bela rasa menbentuk kekebalan kelompok terhadap virus baru ini, direncanakan selama tiga bulan, dengan melibatkan relawan baik dari LDD KAJ, relawan Serviam, relawan Nahdatul Ulama, serta relawan perorangan.
Rm. Christoforus Kristiono Puspo SJ, Direktur LDD KAJ dan Sr. Maria BKK, melakukan dialog dengan pemerintah daerah dan pusat terkaiait penerima vaksin disabilitas, yang seringkali lupa dikelompokkan sebagai bagian kaum rentan oleh pemerintah. Dorongan dari LDD KAJ atas hal tersebut akhirnya bisa diterima pemerintah DKI/Jakpus.
Pada 20 Maret 2021, Sentra Vaksinasi Serviam telah memberikan vaksin pertamanya ke lansia disabilitas. Berlanjut pada hari Kamis, 25 Maret 2021, sentra vaksinasi ini memvaksinasi 51 penyandang disabilitas dari berbagai ragam disabilitas dan usia, tidak hanya lansia, seperti yang diungkapkan dengan gembira oleh Sr. Maria kepada penulis. “Kami sungguh bahagia boleh diijinkan mem-vaksin Saudara-Saudara kita dari kelompok rentan disabilitas, disamping lansia. Kami rasa tindakan ini amat penting, kareana penyandang disabilitas sama & setara dengan warga masyarakat lainnya. Apalagi terkait isu kerentanan Covid-19 ini. PD memiliki hak untuk dilindungi dari kerentanan terpapar pandemi.”, tegas Sr. Maria.
Ibu Kumala, 47 tahun, penyandang disabilitas sensori netra dari Bekasi, turut lega dan berterimakasih bisa divaksin di sentra tersebut. “Jika menunggu undangan vaksinasi umum, ‘kan lama & gak jelas diundang apa ‘nggaknya. Belum lagi, jika diundang pun, saya takut gak ada yang bantu nulis’in formulir yang ada. Saya & teman-teman disabilitas sangat berterimaksaih kepada LDD & jaringannya karena sudah mempperjuangkan vaksin untuk kami.”
Ibu Deta beserta suami, suami istri penyandang disabilitas berkursi roda, datang jauh-jauh dari Depok datang ke Sentra Vaksinasi Serviam. Ia datang bersama teman-teman dari komunitas Cheshire. Ia senang dilayani dengan ramah & akses oleh relawan. Beliau mengatakan akan datang lagi di 22 April 2021 untuk vaksinasi kedua. Chesire, PELITA, dan KOMPAK adalah beberapa komunitas disabilitas yang dijaring LDD KAJ dalam program vaksinasi ini. LDD KAJ senantiasa membantu lebih banyak kelompok lansia dan disabilitas, sejauh memungkinkan.
Penulis menerima pertanyaan untuk kesempatan vaksinasi tahap pertama ini. Kely, Ina, Dewi Sukaenah, yang merupakan tiga pemijat tunanetra, menanti kesempatan yang sama. Mereka mengeluhkan tidak mendapatkan undangan dari puskesmas terdekat di sekitar domisili mereka terkait program vaksinasi ini. Ketika mereka aktif bertanya pun, mereka diterima namun tidak ditunjuk kapan dan di mana mereka bisa di vaksinasi.
Semoga mereka yang telah menerima vaksinasi bisa membentuk kekebalan pribadi maupun kelompok, dan bagi mereka yang belum, ada kesempatan, karena kemauan bekerjasama antar masyarakat dan pemerintah daerah, dan dengan demikian, terjadi pemenuhan hak atas kesehatan bagi semua.
Ditulis oleh: Ferry JS